5 Pola Puisi Epigram Bahasa Indonesia
Di dalam puisi ada berbagai nilai-nilai aktual yang sanggup dipetik dan dijadikan pedoman untuk menjalani hidup, termasuk juga puisi-puisi epigram. Puisi epigram yakni puisi yang berisi pengajaran dan tuntunan hidup yang baik. Nasehat-nasehat yang ada dalam setiap kata-katanya sanggup menjadi teladan dan guru yang baik bagi pembacanya.
Kata-kata dalam satu puisi epigram singkat dan selalu gampang untuk dipahami. Epigram berasal dari kata dalam bahasa Yunani, yaitu “epigram” artinya tulisan. Jadi, epigram berarti puisi tertulis yang terdapat nilai kearifan di dalamnya. Sifat puisi ini didaktik atau mendidik lewat nasehat yang membawa ke arah kebenaran.
Untuk Anda, berikut ini beberapa macam contoh-contoh puisi epigram yang sanggup dipetik hikmahnya.
1. Perjalanan Usia
Anak-anak tumbuh mendewasa,
akankah saya hanya tumbuh menua?
Kelak mereka butuh lawan bicara,
apakah kala itu saya kakek pelupa?
akankah saya hanya tumbuh menua?
Kelak mereka butuh lawan bicara,
apakah kala itu saya kakek pelupa?
anak-anak tidak selamanya bayi,
mereka butuh tak hanya dimengerti.
Mereka punya mata, punya hati,
tidak cukup dengan harta diwarisi.
mereka butuh tak hanya dimengerti.
Mereka punya mata, punya hati,
tidak cukup dengan harta diwarisi.
Sampai kapan usiaku ditakdirkan,
hingga batas itulah saya dihadirkan.
Sebagai orang tua, sebagai teman,
hingga batas waktu yang ditentukan.
hingga batas itulah saya dihadirkan.
Sebagai orang tua, sebagai teman,
hingga batas waktu yang ditentukan.
Tak baik bila mereka di sini saja,
hangat dipeluk rumah dan keluarga.
Kehidupan itu pengembaraan jiwa,
dan mereka pengelana berikutnya.
hangat dipeluk rumah dan keluarga.
Kehidupan itu pengembaraan jiwa,
dan mereka pengelana berikutnya.
Jika tumbuh sampaumur ada ujungnya,
jangan hingga hanya menua sia-sia.
Dalam perjalananku menyusuri usia,
setidaknya harus pernah bijaksana.
jangan hingga hanya menua sia-sia.
Dalam perjalananku menyusuri usia,
setidaknya harus pernah bijaksana.
Omah Mangkat, 17 Maret 2016
Chandra Malik, Asal Muasal Pelukan, (Yogyakarta, Bentang Pustaka:2016) hlm.104
2. Rakyat Adalah Sumber Ilmu
Oleh alasannya yakni itu rakyat yakni guru.
Adalah sumber ilmu.
Rakyat yakni gua
di mana Kresna dan Arjuna
bertapa.
Rakyat yakni samudera luas
di mana Sang Bima
bertemu dengan Dewa Rucinya.
Adalah sumber ilmu.
Rakyat yakni gua
di mana Kresna dan Arjuna
bertapa.
Rakyat yakni samudera luas
di mana Sang Bima
bertemu dengan Dewa Rucinya.
Janganlah kita menunggu Ratu Adil.
Ratu Adil bukanlah orang.
Ratu Adil bukanlah lembaga.
Ratu Adil yakni keadaan
di mana ada keseimbangan
antara roh dan badan.
Ratu Adil bukanlah orang.
Ratu Adil bukanlah lembaga.
Ratu Adil yakni keadaan
di mana ada keseimbangan
antara roh dan badan.
Wahyu Cakraningrat tidak ada.
Wahyu Cakraningrat, Wahyu Pendeta Raja,
yakni harapan deksura.
Wahyu Cakraningrat, Wahyu Pendeta Raja,
yakni harapan deksura.
Syahdan
di dalam alam hanyalah ada
Satu Wahyu.
Ialah Sabda.
Dan sabda yakni gambaran diri Tuhan.
Di dalam masyarakat manusia,
Sabda mempunyai sembilan bayangan.
Itulah yang disebut sebagai sembilan wahyu.
Wahyu andal agama.
Wahyu andal alam.
Wahyu andal kesenian.
Dan lalu:
Wahyu andal obat-obatan.
Wahyu andal pendidikan.
Wahyu andal pertanian dan peternakan.
Selanjutnya:
Wahu Raja.
Wahyu menteri dan panglima.
Dan akhirnya: wahyu hakim.
di dalam alam hanyalah ada
Satu Wahyu.
Ialah Sabda.
Dan sabda yakni gambaran diri Tuhan.
Di dalam masyarakat manusia,
Sabda mempunyai sembilan bayangan.
Itulah yang disebut sebagai sembilan wahyu.
Wahyu andal agama.
Wahyu andal alam.
Wahyu andal kesenian.
Dan lalu:
Wahyu andal obat-obatan.
Wahyu andal pendidikan.
Wahyu andal pertanian dan peternakan.
Selanjutnya:
Wahu Raja.
Wahyu menteri dan panglima.
Dan akhirnya: wahyu hakim.
TIM, Jakarta, 12 Juli 1975
Karya : WS Rendra
3. Pagi
jangan biarkan sekuntum bunga itu
layu sebelum matahari membelainya
dengan menggemakan semburat jingga
ultra dalam irama nuansa cinta-semesta
layu sebelum matahari membelainya
dengan menggemakan semburat jingga
ultra dalam irama nuansa cinta-semesta
lihatlah bagaimana alam begitu perkasa
memainkan peran-Nya
dalam rindu-dendam yang terbungkus
kasih sayang memberi semburat
makna seribu pesona
memainkan peran-Nya
dalam rindu-dendam yang terbungkus
kasih sayang memberi semburat
makna seribu pesona
Karya : Chairil Anwar
4. Kepada Kawan
Sebelum kematian mendekat dan menghianat
Mencengkam dari belakang saat kita tidak melihat
Selama masih menggelombang dalam dada darah serta rasa
Mencengkam dari belakang saat kita tidak melihat
Selama masih menggelombang dalam dada darah serta rasa
Belum bertugas kecewa dan gentar belum ada
Tidak lupa tiba-tiba sanggup malam membenam
Layar merah berkibar hilang dalam kelam
Kawan, mari kita putuskan sekarang di sini
Ajal yang menarik kita, juga mencekik diri sendiri
Tidak lupa tiba-tiba sanggup malam membenam
Layar merah berkibar hilang dalam kelam
Kawan, mari kita putuskan sekarang di sini
Ajal yang menarik kita, juga mencekik diri sendiri
Jadi
Isi gelas sepenuhnya lantas kosongkan
Tembus jelajah dunia ini dan balikkan
Peluk kuncup perempuan, tinggalkan kalau merayu
Pilih kuda yang paling liar, pacu laju
Jangan tembatkan pada siang dan malam
Isi gelas sepenuhnya lantas kosongkan
Tembus jelajah dunia ini dan balikkan
Peluk kuncup perempuan, tinggalkan kalau merayu
Pilih kuda yang paling liar, pacu laju
Jangan tembatkan pada siang dan malam
Dan
Hancurkan lagi apa yang kau perbuat
Hilang sonder pusaka, sonder kerabat
Tidak minta ampun atas segala dosa
Tidak memberi pamit siapa saja
Hancurkan lagi apa yang kau perbuat
Hilang sonder pusaka, sonder kerabat
Tidak minta ampun atas segala dosa
Tidak memberi pamit siapa saja
Jadi
Mari kita putuskan sekali lagi
Ajal yang menarik kita, kan merasa angkasa sepi
Sekali lagi kawan, sebaris lagi
Tikamkan pedangmu hingga ke hulu
Pada siapa yang mengairi kemurnian madu..!!
Mari kita putuskan sekali lagi
Ajal yang menarik kita, kan merasa angkasa sepi
Sekali lagi kawan, sebaris lagi
Tikamkan pedangmu hingga ke hulu
Pada siapa yang mengairi kemurnian madu..!!
Karya : Chairil Anwar
5. Hak Oposisi
Aku bilang tidak,
saya bilang ya,
berdasarkan nuraniku.
Kamu tidak sanggup mengganti
nuraniku dengan peraturan.
Adakah tugasmu
untuk membuktikan
bahwa kebjikasanaanmu
pantas menerima dukungan.
Tapi pemberian —
tidak sanggup kau paksakan.
Adalah tugasmu
untuk menyusun peraturan
yang sesuai dengan hati nurani kami.
Kamu memasang telinga
— selalu,
untuk mendengar nurani kami.
Sebab itu, kau membutuhkan oposisi.
Oposisi yakni jendela bagi kamu.
Oposisi yakni jendela bagi kami.
Tanpa oposisi: sumpek.
Tanpa oposisi: kau akan terasing dari kami
Tanpa oposisi: akan kau dapati gambaran palsu
ihwal dirimu.
Pelopor Jogja, 10 Oktober 1971
saya bilang ya,
berdasarkan nuraniku.
Kamu tidak sanggup mengganti
nuraniku dengan peraturan.
Adakah tugasmu
untuk membuktikan
bahwa kebjikasanaanmu
pantas menerima dukungan.
Tapi pemberian —
tidak sanggup kau paksakan.
Adalah tugasmu
untuk menyusun peraturan
yang sesuai dengan hati nurani kami.
Kamu memasang telinga
— selalu,
untuk mendengar nurani kami.
Sebab itu, kau membutuhkan oposisi.
Oposisi yakni jendela bagi kamu.
Oposisi yakni jendela bagi kami.
Tanpa oposisi: sumpek.
Tanpa oposisi: kau akan terasing dari kami
Tanpa oposisi: akan kau dapati gambaran palsu
ihwal dirimu.
Pelopor Jogja, 10 Oktober 1971
WS Rendra, Doa Untuk Anak Cucu (Yogyakarta, Bentang Pustaka:2016) hlm.11
Sampai disini contoh-contoh puisi epigram yang sanggup Anda baca satu per satu. Baca juga artikel puisi lainnya di blog ini. Terima kasih.
Sumber https://borneosembilandua.blogspot.com
Komentar
Posting Komentar