8 Macam Bentuk Dan Pola Puisi Baru
Sama halnya dengan bentuk-bentuk puisi lama, di dalam puisi modern juga mempunyai banyak bentuk. Meskipun sama, ada perbedaan besar di antara mereka, yaitu puisi modern mempunyai bentuk yang bebas dan tidak terikat dengan aturan.
Hal itu sanggup dilihat dari rima, suku kata dan jumlah barisnya. Di dalam puisi modern, seorang penulis sanggup menunjukkan jalan pikirannya lewat banyak sekali bentuk baris puisi, menyerupai zig-zag, bentuk wajah, melingkar dan pola-pola tertentu lainnya. Sifat puisi memang sanggup dibilang “aneh” sebab tidak jarang hanya terdiri dari satu suku kata serta selalu diulang-ulang. Puisi memang selalu membebaskan si penulis untuk berkreativitas, saking bebasnya banyak pembaca yang sering dibentuk bingung. Tetapi kalau kita rasakan dengan hati dan perasaan yang dalam maka akan gampang dimengerti.
Puisi modern mempunyai ciri antara lain:
· Secara umum berupa puisi empat seuntai (kuatren)
· Tiap baris ialah gatra (tiap kata saling bertautan)
· Tiap gatra sebagian besar terdiri dari 4-5 suku kata
· Sering menggunakan pola sajak dan syair
· Rapi dan simetris
· Persajakan simpulan yang teratur
Kata-kata yang terdapat di dalam puisi modern itu sebagian besar merupakan sebuah analogi akan kehidupan konkret yang dialami oleh manusia. Seorang pembuat puisi tingkat tinggi punya spontanitas luar biasa dalam membuat karya-karyanya. Agar lebih mengerti bentuk puisi, berikut ini macam-macam bentuk puisi gres yang saya tulis untuk Anda. Silakan disimak.
1. Distikon / Couplet
Berasal dari bahasa Latin ‘distichon’ berarti puisi yang terdiri dari dua baris (puisi dua seuntai). Baris satu sebagai pembuka dan baris dua sebagai penutup.
Contoh :
Tanda Mata
Bagiku, engkaulah tanda mata.
Sejak bertemu, konkret selamanya.
Sejak bertemu, konkret selamanya.
Bagiku, engkau ialah cahaya.
Dari binarmu, tatapanku bermula.
Dari binarmu, tatapanku bermula.
Bagiku, engkaulah penglihatan.
Di setiap waktu, di setiap ingatan.
Di setiap waktu, di setiap ingatan.
Bagiku, engkau arah memandang.
Pada matamu, mataku berpulang.
Pada matamu, mataku berpulang.
(Chandra Malik, Asal Muasal Pelukan, hlm.17)
2. Terzina / Triplet
Terzina atau terza rima atau tercet ialah puisi tiga baris (tiga seuntai) yang menggunakan pola a-b-a, b-c-b, c-d-c, d-e-d. Ada juga puisi terzina diakhiri dengan satu atau dua baris puisi yang mengulang dari tiga baris akhir.
Contoh :
Dongeng Kucing
Lengking klakson dan rem kendaraan beroda empat itu
meninggalkan jejak asap knalpot, debu,
dan seekor kucing yang sekarat.
meninggalkan jejak asap knalpot, debu,
dan seekor kucing yang sekarat.
Di dalam rumah, tangis seorang gadis kecil,
lalu bunyi menghibur seorang ibu
menyelundupkan simpulan hidup ke negeri dongeng.
lalu bunyi menghibur seorang ibu
menyelundupkan simpulan hidup ke negeri dongeng.
Jalan memang dibangun untuk mobil,
manusia, dan juga–tentu saja–kucing;
tak boleh kita mewaspadai campur-tangan-Mu, bukan?
manusia, dan juga–tentu saja–kucing;
tak boleh kita mewaspadai campur-tangan-Mu, bukan?
(Sapardi Djoko Damono, Melipat Jarak, hlm.29)
3. Quatrain
Masih homogen dengan stanza sebab bila dua quatrain digabung akan menjadi sebuah stanza. Penulisan puisi quatrain menggunakan tiga pola umum, yaitu a-a-a-a, a-b-a-b dan a-b-b-a.
Contoh :
Lagu Gadis Itali
Buat Silviana Maccari
Kerling danau di pagi hari
Lonceng gereja bukit Itali
Jika musimmu tiba nanti
Jemputlah kakak di teluk Napoli
Lonceng gereja bukit Itali
Jika musimmu tiba nanti
Jemputlah kakak di teluk Napoli
Kerling danau di pagi hari
Lonceng gereja bukit Itali
Sedari kakak kemudian pergi
Adik rindu setiap hari
Lonceng gereja bukit Itali
Sedari kakak kemudian pergi
Adik rindu setiap hari
Kerling danau bukit di pagi hari
Lonceng gereja bukit Itali
Andai kakak tak kembali
Adik menunggu hingga mati
Lonceng gereja bukit Itali
Andai kakak tak kembali
Adik menunggu hingga mati
Batu tandus di kebun anggur
Pasir teduh di bawah nyiur
Abang lenyap hatiku hancur
Mengejar bayang di salju gugur
Pasir teduh di bawah nyiur
Abang lenyap hatiku hancur
Mengejar bayang di salju gugur
(Sitor Situmorang, Dalam Sajak, hlm.16)
4. Kuint / Quint
Diambil dari “quintuple” yang artinya lima, jadi puisi kuint ialah puisi dengan lima baris di setiap baitnya (puisi lima seuntai).
Contoh :
Ranjang Bulan, Ranjang Pengantin
Ranjang bulan, ranjang pengantin
langit biru lazuardi
ditumpu tangan-tangan leluhur.
Anjing tanah menggelepar
memekikkan birahi kepayang.
langit biru lazuardi
ditumpu tangan-tangan leluhur.
Anjing tanah menggelepar
memekikkan birahi kepayang.
Ranjang bulan, ranjang pengantin
perahu jung seratus layar
dipangku lautan tertidur.
Gugur bintang satu-satu
mengantuk kena berkhayal.
perahu jung seratus layar
dipangku lautan tertidur.
Gugur bintang satu-satu
mengantuk kena berkhayal.
Ranjang bulan, ranjang pengantin
kerajaan mambang dan siluman
diasapi dupa memabukkan.
Terkapar mimpi satu-satu
terbanting di atas kerikil hujan.
kerajaan mambang dan siluman
diasapi dupa memabukkan.
Terkapar mimpi satu-satu
terbanting di atas kerikil hujan.
Ranjang bulan, ranjang pengantin
bumi keras kehidupan
diwarnai semangat dan harapan.
Ladang digarap dikerjakan
bibit ditanam disuburkan.
bumi keras kehidupan
diwarnai semangat dan harapan.
Ladang digarap dikerjakan
bibit ditanam disuburkan.
(WS. Rendra, Empat Kumpulan Sajak, hlm. 42)
5. Sektet
Diambil dari bahasa Italia “sestina” yaitu puisi yang mempunyai enam baris (enam seuntai). Tidak ada hukum untuk membuat puisi sektet.
Contoh :
Kanjeng Nabi
Duh, kanjeng Muhammad.
Pagi ini saya sedih sekali.
Muhammad yang kucintai
sedemikian dibenci
sampai ditelanjangi
dengan gambar hewani
dan disumpahserapahi.
Muhammad yang kucintai
sedemikian dibenci
sampai ditelanjangi
dengan gambar hewani
dan disumpahserapahi.
Pagi ini saya sedih luar biasa.
Muhammad yang kucinta
dibela membabi buta
sampai membunuhi manusia
dengan angkara murka
menyebut nama Tuhannya.
Muhammad yang kucinta
dibela membabi buta
sampai membunuhi manusia
dengan angkara murka
menyebut nama Tuhannya.
Entah hati, akal, atau apa.
Manusia tapi tidak manusiawi.
Entah Benci entah cinta.
Najis bercampur dengan suci.
Benar dan salah sekarang serupa.
Akal jadi brutal, hati jadi nyali.
Manusia tapi tidak manusiawi.
Entah Benci entah cinta.
Najis bercampur dengan suci.
Benar dan salah sekarang serupa.
Akal jadi brutal, hati jadi nyali.
Muhammad tak menyerupai itu.
Tidak gambarmu, tidak gambarku.
Dia hidup tenang dalam kalbu
meski dihina dari segala penjuru.
Dialah Muhammad yang kurindu
dan kubela tanpa membencimu.
Tidak gambarmu, tidak gambarku.
Dia hidup tenang dalam kalbu
meski dihina dari segala penjuru.
Dialah Muhammad yang kurindu
dan kubela tanpa membencimu.
(Chandra Malik, Asal Muasal Pelukan, hlm. 63-64)
6. Septima
Puisi yang mempunyai 7 baris di dalam setiap baitnya, tidak punya hukum tersendiri sama menyerupai sektet. Bahkan sanggup ditambahkan bait di awal atau di simpulan entah satu atau dua baris.
Contoh :
Indonesia Tumpah Darahku
M. Yamin
Bersatu kita teguh
Bercerai kita jatuh
Bercerai kita jatuh
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung-gunung anggun rupanya
Dilingkari air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung-gunung anggun rupanya
Dilingkari air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya
Lihatlah kelapa melambai-lambai
Berdesir bunyinya sesayup sampai
Tumbuh di pantai bercerai-cerai
Memagar daratan kondusif kelihatan
Dengarlah ombak tiba berlagu
Mengejar bumi ayah dan ibu
Indonesia namanya, tanah airku
Berdesir bunyinya sesayup sampai
Tumbuh di pantai bercerai-cerai
Memagar daratan kondusif kelihatan
Dengarlah ombak tiba berlagu
Mengejar bumi ayah dan ibu
Indonesia namanya, tanah airku
Tanahku bercerai seberang-menyeberang
Merapung di air, malam dan siang
Sebagai telaga dihiasi kiambang
Sejak malam diberi kelam
Sampai bulan terang-benderang
Di sanalah gerangan bangsaku gerangan menopang
Selama berteduh di alam nan lapang
Merapung di air, malam dan siang
Sebagai telaga dihiasi kiambang
Sejak malam diberi kelam
Sampai bulan terang-benderang
Di sanalah gerangan bangsaku gerangan menopang
Selama berteduh di alam nan lapang
Tumpah darah nusa India
Dalam hatiku selalu mulia
Dijunjung tinggi atas kepala
Semenjak diri lahir ke bumi
Sampai bercerai tubuh dan nyawa
Karena kita sedarah sebangsa
Bertanah air di Indonesia
Dalam hatiku selalu mulia
Dijunjung tinggi atas kepala
Semenjak diri lahir ke bumi
Sampai bercerai tubuh dan nyawa
Karena kita sedarah sebangsa
Bertanah air di Indonesia
(Sumber : Dan Riris Istanti, Puisi: Indonesia, Tumpah Darahku, https://danririsbastind.wordpress.com)
7. Oktaf / Stanza
Namanya sendiri berasal dari Italia, awalnya digunakan dalam puisi heroik. Puisi stanza mempunyai 8 baris (puisi delapan seuntai/double quatrain). Kadang-kadang stanza menggunakan pola a-b-a-b-a-b-c-c.
Contoh :
Lagu Duka
WS Rendra
Ia tiba tanpa mengetuk kemudian merangkulku
adapun ia yang licik berjulukan duka.
Ia bulan jingga neraka langit dadaku
adapun ia yang laknat berjulukan duka.
Ia keranda cendana dan bunga-bunga sutra ungu
adapun ia yang manis berjulukan duka.
Ia tinggal dagelan sehabis ciuman panjang
adapun ia uang malang berjulukan duka.
adapun ia yang licik berjulukan duka.
Ia bulan jingga neraka langit dadaku
adapun ia yang laknat berjulukan duka.
Ia keranda cendana dan bunga-bunga sutra ungu
adapun ia yang manis berjulukan duka.
Ia tinggal dagelan sehabis ciuman panjang
adapun ia uang malang berjulukan duka.
(Ibid, hlm. 57)
8. Soneta
Berasal dari bahasa Italia sonneto, serapan dari kata sono (suara). Soneta ialah puisi empat belas baris dan secara umum dibagi dua, dua bait pertama masing-masing 4 baris dan dua bait kedua masing-masing tiga baris. Puisi soneta dibawa pertama kali ke Indonesia pada jaman Belanda oleh sastrawan Indonesia menyerupai M.Yamin.
Contoh :
Entah Sampai Kapan
entah semenjak kapan kita gugup
di antara frasa-frasa pongah
di kain rentang yang berlubang-lubang
sepanjang jalan raya itu; kita berhimpitan
di antara frasa-frasa pongah
di kain rentang yang berlubang-lubang
sepanjang jalan raya itu; kita berhimpitan
di antara kata-kata agresif yang desak-mendesak
di kain rentang yang ditiup angin,
yang diikat di antara batang pohon
dan tiang listrik itu; kita tergencet di sela-sela
di kain rentang yang ditiup angin,
yang diikat di antara batang pohon
dan tiang listrik itu; kita tergencet di sela-sela
huruf-huruf kaku yang tindih menindih
di kain rentang yang berjuntai di perempatan jalan
yang tanpa lampu kemudian lintas itu. Telah semenjak lama
rupanya kita suka membayangkan diri kita
di kain rentang yang berjuntai di perempatan jalan
yang tanpa lampu kemudian lintas itu. Telah semenjak lama
rupanya kita suka membayangkan diri kita
menjelma kain rentang koyak-moyak itu, sebisanya
bertahan terhadap hujan, angin, panas, dan dingin.
bertahan terhadap hujan, angin, panas, dan dingin.
(Sapardi Djoko Damono, Melipat Jarak, hlm. 31)
Sekian artikel wacana bentuk-bentuk puisi gres serta contohnya. Semoga sanggup menjadi materi pembelajaran untuk Anda. Terima kasih.
Sumber https://borneosembilandua.blogspot.com
Komentar
Posting Komentar